source image : captured by me
"Hei" Terdengar suara lembut seorang wanita yang sepertinya aku kenal berasal dari belakangku. Aku menoleh kebelakang, dan aku melihatnya yang sedang berdiri mematung tidak jauh dari posisiku saat ini.
"Oh hei" Jawabku singkat lalu melempar senyum padanya, ia masih terpaku di tempat yang sama. Ia tersenyum kecil yang manis padaku, lesung pipinya yang halus membuat senyum manisnya semakin manis.
"Eee.. Apakah kedatanganku mengganggumu?" Tanyanya dengan nada yang sedikit ragu yang masih terpaku dan belum bergerak dari tempat itu yang seakan tidak ingin mengganggu ku.
"Engga kok, sini duduk" Jawabku dan mengajak ia untuk duduk di sebelahku. Wangi khas parfumnya yang manis halus tercium olehku.
"Kamu kenapa akhir-akhir ini selalu duduk disini sendiri?" Tanyanya tanpa menatapku dan hanya menatap ke arah luar jendela kaca.
"Aku ingin berdamai dengan diriku" Jawabku yang juga menatap kearah luar dan menatap gedung lain yang berdiri dengan kokoh.
"Berdamai?" Tanyanya yang menoleh kearahku, rambutnya yang tidak sampai sepundak bergerak perlahan bersamaan dengan wajahnya yang penuh dengan tanya.
"Iya" Jawabku yang lagi lagi singkat lalu juga menoleh kearahnya.
"Berdamai apa?" Tanyanya kembali, wajahnya yang penasaran membuat ku semakin suka.
"Akhir-akhir ini ku memimpikannya terus" Jawabku yang membuang muka dari tatapannya, dan aku kembali menatap ke arah luar kaca transparan sehingga ku kembali melihat gedung lain.
"Masih?" Tanyanya yang singkat dan menatapku sangat tajam dan mengangkat satu alisnya.
"Masih" Aku menoleh kearahnya dan menatap matanya. Walaupun tatapan matanya tajam tetapi aku sangat suka bertatapan seperti ini entah mengapa. Tatapan tajamnya seketika berubah menjadi tatapan iba kearahku.
"Belum ada yang lain?" Tanyanya kembali yang tiba-tiba memegang tanganku. Tangannya cukup hangat untukku yang sedang merasa kedinginan.
"Belum" Jawabku singkat yang lalu menundukkan kepalaku. Genggaman tangannya semakin kencang dan berusaha untuk mendukungku agar bisa tetap tegar.
"Kenapa belum? Look at me" Tanyanya lagi dan mengulurkan tangan lainnya sehingga kedua tangannya mengepal telapak tangan kiriku.
"Ntah, masih takut atau belum bisa memulainya lagi" Jawabku dengan nada ragu lalu menatap matanya kembali. Ia semakin menggenggam erat telapak tanganku.
"Kenapa?" Tanyanya kembali dengan lembut dan semakin erat memegang tanganku.
Suasana kantor yang sudah sepi membuatku lebih mudah mendapatkan suasanya yang sangat mellow bersamanya. Di dalam ruangan itu hanya ada kita berdua dengan lampu berpancarkan cahaya putih yang cukup redup dan hanya mengarah ketempat kita duduk.
"Ntah lah, Aku tidak tahu cara untuk memulai kembali dan belum siap bila aku harus terjatuh lagi" Jawabku dengan perasaan yang masih terluka, aku menepuk genggamannya dengan tangan kananku dan melepas genggamannya perlahan. "Iam ok" sambungku dan aku tersenyum padanya.
"Belum ada sosok lainkah?" Tanyanya kembali yang menatap mataku. Aku hanya menatapnya dan berusaha untuk menjawabnya.
"Ada, Tapi.." Jawabku, belum selesai aku bicara ia memotong pembicaraanku
"Tapi apa?" Tanyanya lagi bagaikan detektif yang sedang mengungkap sebuah kasus.
"Tapi aku memilih untuk sendiri, dan aku hanya bisa berharap tak terulang lagi" Aku tersenyum kecil padanya, ya walaupun senyum semua senyum tidak berarti manis setidaknya aku bisa tetap tersenyum.
"Tadi katanya sudah ada kok jadi ragu?" Tanyanya yanlayaknya seorang detektif. Ntah apa yang ia pikirkan sehingga ia terus terus bertanya.
"Belum" Jawabku singkat yang lalu menundukkan kepalaku. Genggaman tangannya semakin kencang dan berusaha untuk mendukungku agar bisa tetap tegar.
"Kenapa belum? Look at me" Tanyanya lagi dan mengulurkan tangan lainnya sehingga kedua tangannya mengepal telapak tangan kiriku.
"Ntah, masih takut atau belum bisa memulainya lagi" Jawabku dengan nada ragu lalu menatap matanya kembali. Ia semakin menggenggam erat telapak tanganku.
"Kenapa?" Tanyanya kembali dengan lembut dan semakin erat memegang tanganku.
Suasana kantor yang sudah sepi membuatku lebih mudah mendapatkan suasanya yang sangat mellow bersamanya. Di dalam ruangan itu hanya ada kita berdua dengan lampu berpancarkan cahaya putih yang cukup redup dan hanya mengarah ketempat kita duduk.
"Ntah lah, Aku tidak tahu cara untuk memulai kembali dan belum siap bila aku harus terjatuh lagi" Jawabku dengan perasaan yang masih terluka, aku menepuk genggamannya dengan tangan kananku dan melepas genggamannya perlahan. "Iam ok" sambungku dan aku tersenyum padanya.
"Belum ada sosok lainkah?" Tanyanya kembali yang menatap mataku. Aku hanya menatapnya dan berusaha untuk menjawabnya.
"Ada, Tapi.." Jawabku, belum selesai aku bicara ia memotong pembicaraanku
"Tapi apa?" Tanyanya lagi bagaikan detektif yang sedang mengungkap sebuah kasus.
"Tapi aku memilih untuk sendiri, dan aku hanya bisa berharap tak terulang lagi" Aku tersenyum kecil padanya, ya walaupun senyum semua senyum tidak berarti manis setidaknya aku bisa tetap tersenyum.
"Tadi katanya sudah ada kok jadi ragu?" Tanyanya yanlayaknya seorang detektif. Ntah apa yang ia pikirkan sehingga ia terus terus bertanya.
"Ada, di dalam anganku" yang enggan menatapnya.
"Kenapa hanya ada dianganmu? kenapa tidak dicoba untuk diwujudkan?" tanyanya dengan menatap tajam wajahku, aku dapat melihatnya dari sudut mataku
"Aku ragu untuk jatuh cinta" jawabku singkat lalu tersenyum padanya.
Jawabanku membuat tempat yang memang sudah hening bertambah menjadi suasana menjadi dingin. *Gleek gleek gleek air galon yang mengisi pada dispensernya memecah keheningan suasana sudut ruangan.
"Belum move on maksud mu?" tanyanya kembali, wajah yang tadinya bagai bak detektif berubah menjadi tatapan bingung.
"Bukan, bukan itu kok" Jawabku yang masih menatapnya. "Aku hanya ragu, apakah rasa ini suka padanya atau kagum padanya" Sambungku.
"Maksud kamu?" Tanyanya dengan raut wajah yang bingung membuat ia semakin menarik bagiku.
"Ya, aku tidak bisa menterjemahkannya. Apa aku suka sama dia atau hanya kagum padanya" Jawabku yang mulai merenung akan semua ini. "Aku sekarang hanya bisa menyimpan semuanya daripada menyampaikannya, dan aku hanya bisa mengaguminya daripada mengungkapkannya" Aku menatap wajahnya dan tersenyum. Ya bukan senyum manis hanya senyum untuk bisa menerima semuanya.
"Untuk mencapai kebahagiaan itu butuh pengorbanan, dan tidak semua yang berkorban akan mendapatkan kebahagiaan itu. Karena ada yang menjadi korban dari sebuah pengorbanan itu"
"Aku ragu untuk jatuh cinta" jawabku singkat lalu tersenyum padanya.
Jawabanku membuat tempat yang memang sudah hening bertambah menjadi suasana menjadi dingin. *Gleek gleek gleek air galon yang mengisi pada dispensernya memecah keheningan suasana sudut ruangan.
"Belum move on maksud mu?" tanyanya kembali, wajah yang tadinya bagai bak detektif berubah menjadi tatapan bingung.
"Bukan, bukan itu kok" Jawabku yang masih menatapnya. "Aku hanya ragu, apakah rasa ini suka padanya atau kagum padanya" Sambungku.
"Maksud kamu?" Tanyanya dengan raut wajah yang bingung membuat ia semakin menarik bagiku.
"Ya, aku tidak bisa menterjemahkannya. Apa aku suka sama dia atau hanya kagum padanya" Jawabku yang mulai merenung akan semua ini. "Aku sekarang hanya bisa menyimpan semuanya daripada menyampaikannya, dan aku hanya bisa mengaguminya daripada mengungkapkannya" Aku menatap wajahnya dan tersenyum. Ya bukan senyum manis hanya senyum untuk bisa menerima semuanya.
"Untuk mencapai kebahagiaan itu butuh pengorbanan, dan tidak semua yang berkorban akan mendapatkan kebahagiaan itu. Karena ada yang menjadi korban dari sebuah pengorbanan itu"
Comments
Post a Comment