[musik]
"Thought I'd end up with Sean, But he wasn't a match, Wrote some songs about Ricky, Now I listen and laugh" ku buka spotify dan ku tekan tombol next yang ada di layar laptopku, "I'm jealous of the rain, That falls upon your skin, It's closer than my hands have been, I'm jealous of the rain, I'm jealous of the wind, That ripples through your clothes, It's closer than your shadow, Oh, I'm jealous of the wind, ..............."
"Kamu kenapa sih?!" Aku mendengar nya dengan samar. Aku buka earphone yang sedang kupakai walaupun hanya satu yang ku pakai, karena earphone satunya ia yang memakainya..
"Hah? kenapa apanya?" Tanyaku dengan melihat raut wajahnya yang agak sedikit kurang enak, Ia pun melepas earphone yang terpasang di telinganya.
"Itu lagunya kamu skip terus, padahal kan enak" Ujarnya dengan nada yang agak ketus.
"Ya abis itu lagunya....." Belum selesai aku menjelaskan waitress datang dan memberikan menu kepada kita.
"Nih, kamu mau makan apa?" Tanyanya dan memberikan menu yang diberikan waitress kepada kita. Kita sama-sama melihat menu yang diberikan dan membuka halaman demi halaman.
"Kamu yang tulisa ya, tulisan aku jelek ntar ga bisa baca yang masaknya" Ku memberikan kertas putih yang digunakan untuk mengisi menu yang kita pilih. "Aku minumnya mau ini dan makanannya aku mau yang ini" Menunjuk menu yang ada di dalam buku menu. Ia menulisnya dengan sangat bagus. Ku perhatikan wajahnya yang sudah tidak terlihat bete lagi. Ia menulis dengan wajah serius.
"Kamu serius banget neng" Ku sentuh pipinya dengan jari telunjukku. yang tadinya sengan menulis dengan serius tulisannya menjadi coretan karena ia kaget dengan sentuhanku.
"Ih......, Aku lagi nulis juga, tuh kan kecoret" Jawabnya dengan nada yang agak sedikit bete dan menatapku dengan wajah yang bete tapi menggemaskan.
"Ehh maaf, lagian kamu serius banget sih nulis menu aja kaya nulis apaan aja" Jawabku meminta maaf padanya dengan senyum-senyum kecil.
"Aku mau ini deh, tapi juga mau ini" Ia menunjukkan menu yang ia mau. Dengan wajah yang bingung dan tidak bete lagi dia meminta pendapatku dengan menatapku.
"Yaudah dua-duanya aja" Jawabku yang juga masih menatap kedua matanya yang indah.
"Tapi nanti kalau ga habis gimana?" Tanyanya lagi dengan meyakinkan ku dengan tatapannya.
"Nanti aku bantuin makan biar ga mubazir" Jawabku dengan meyakinkannya. Ia pun kembali menulis apa yang ia mau. Aku berjalan ke arah pintu untuk menekan bel untuk memanggil waitress untuk mengambil kertas putih yang sudah kita isi, Aku tekan bel lalu berbalik badan aku melihat dia dari tempat ku berdiri. Ia menundukkan kepala wajahnya terdapat cahaya samar ia sedang melihat handphone. Rambutnya yang hitam yang tidak sampai sepundak membuatnya makin terlihat manis. Ia tiba tiba melihat kearahku yang sedang terpaku.
"Heh. malah bengong. Sini ishh" Panggilnya dari tempat duduk yang kita tempati dan memecahkan lamunan ku.
"Eh iya" Ku berjalan menuju ia yang masih duduk dan sudah kembali melihat layar handphone. Ku duduk disebelahnya dan melihat apa yang ia lihat. Ia sedang melihat isi whatsapp di handphone ku.
"Ini banyak amat sih grup whatsapp di handphone kamu?" Tanyanya yang masih meng-scroll up dan scroll down whatsapp ku.
"Iya, awalnya udah banyak tapi makin banyak grup kantor" jawabku dengan mengunci layar handphone ku. "Inget kan kalau lagi ngobrol ga boleh apa?" tanyaku padanya yang masih kaget aku kunci layar handphone ku.
"Iya. Aku cuma liat doang kok, lagi kamu tadi lama banget jalan kesitu doang" Jawabnya dengan menatapku dan menunjuk dimana tadi aku terpaku. untungnya suasana tempat kita makan hanya ada aku dan dia.
"Kamu pernah berharap sesuatu ga sih?" Tanyaku padanya dengan tatapan ku yang serius.
"Pernah kok, kenapa?" Tanyanya balik yang masih menatapku, tangan kanannya memainkan ujung rambutnya yang tidak sampai sebahu.
"Gimana rasanya kalau harapanmu patah?" Tanyaku kembali yang masih menatapnya. Ia menundukkan wajahnya sehingga ku hanya bsa melihat wajahnya dari samping.
"Sakit" Jawabnya dengan singkat yang masih menundukkan kepalanya. Kualihkan pandanganku kearah laptopku yang masih menyala. Aku membuka folder pekerjaan ku, ku lirikkan mataku dan ia masih tertunduk. Ku elus lembut kepalanya.
"Kok diem?" Tanyaku yang masih mengelus kepalanya yang masih tertunduk.
"Gapapa kok, aku hanya teringat bagaimana rasanya harapan ku patah di tengah jalan" Ia masih menundukkan kepalanya yang seakan harapan yang besar parah.
"Maaf, ga bermaksud untuk mengungkit" Tangan kananku masih mengelus kepalanya yang masih tertunduk. Waitress pun datang membawa pesanan kita, dan meletakkannya di depan kita. Ia masih menundukkan kepalanya
"Terima kasih mas" ku mengucapkan terima kasih pada waitress yang membawa pesanan kami. Tiba-tiba ia menganggukkan kepalanya ntah pertanda apa itu.
"Kamu pernah?" Tanyanya dan menatapku secara perlahan.
"Pernah, memang sangat sakit rasanya. Tetapi,, aku sedang menaruh harapan baru yang lebih besar dan aku harap, harapan itu dapat tercapai" jawabku yang tiba-tiba mengingat harapanku yang telah patah. Aku melepaskan jack 3,5mm yang menghubukan earphone ke laptopku, aku lupa kalau musik yang aku hidupkan belum sempat aku pause.
[musik]
"Bila nanti (Dan bila nanti), Sudah aku dapatkan (Kudapatkan), Seseorang paling sempurna, Pasti akan s'lalu kujaga, Karena Tuhan telah menitipkan, Seseorang paling terbaik, Bersama-sama arungi, Jalanku dan juga jodohku, Di mana pun, kapan pun itu,..................................."
Comments
Post a Comment